Saturday, October 20, 2018

Cerpen tentang Nilai-nilai Pancasila


Serupa Tak Sama
          Semburat cahaya lembut menyapa pagi bersatu padu menggiring mimpi menjemput angan di hari nanti, ditambah kicauan burung penyemangat pagi semakin menambah kecerian Lia bangun hari ini. Mengapa?? Yap. Hari ini adalah hari penentuan kelulusan atas hasil belajar selama tiga tahun di SMA dan ada hal bahagia lagi lebih dari kelulusan.
“ Selamat pagi Ibuku sayang...” sambil mencium pipi ibunya yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
“ Pagi juga Anakku yang cantik. Ada kabar apa? Kelihatannya senang sekali??” tanya ibu, yang keheranan melihat sikap anaknya.
“Eeehh.. ditanya kok malah senyam-senyum aja” tambah ibunya sedikit kesal.
“ Iiihh.. Ibu ni, kepo deh. Pokoknya Ibu tunggu aja, tapi jangan kaget ya??” jawab Lia tersenyum dan kembali teringat apa yang terjadi malam tadi.
Message
Nia: Malam. Tebak apa yang mau aku katakan??
Lia: Malam juga. Nggak tau, aku kan bukan paranormal😂
Nia: Ih.. nggak jadi lah aku kasih tau.
Lia: Kasih tau aja kali neng. Nggak usah main tebak-tebakan.
Nia: Okee.. tapi jangan kaget ya. Gini....
2 menit kemudian...
Lia: Apaan sih Niaaa.. bikin penasaran aja. Panjang kali ya informasinya?
Nia: wkwkwk.. oke..oke.. aku serius. Tadi malam, aku berkunjung ke tempat paman aku, paman aku kan kerjanya di Dinas Pendidikan gitu tu, dan tanpa sengaja aku melihat berkas-berkas gitu, disitu ada tertulis nama kamu masuk 10 besar UN Se-Kabupaten. Keren Liaa... Aku bangga jadi sahabat mu..terus ada juga Arya Winanda sama Dea Sabila. Kerenlah pokoknya. Kayaknya kalian bertiga deh, bakal kandidat beasiswa ke UK( Universitas Kingdom), jadi irii..😚😚
Lia: Sumpah..!!! demi apa?? Kalau bohong awas ya! Ku bilangin seluruh kelas, kalau pas ulangan  mtk, yang kentut itu kamu yang bernama Nia Putri Wijaya..😄😄
Nia: Jahat kali lah kamu ni.. aku nggak ada kentut lah, Fitnah aja kamu ni ha...wkwkwk..
“ Ngelamun aja, sarapan cepat! Ayah mau pergi kerja lagi” tegur ibu sambil mengacak rambut Lia.
****
Sekolah telah ramai dengan murid kelas tiga, karena semuanya memang diwajibkan datang untuk melihat hasil kerja kerasnya. Tapi, Lia tak menemukan Dea. Tiba-tiba hp Lia bergetar
Message
Nia: Aku telat datang ya. Tiba-tiba nih perut nggak bisa diajak kompromi😁
“Dasar Nia...Niaa..” gumamku, sambil tersenyum geli.
“ Hi.. Lia?? ” sapa Rina sedikit mengejutkan ku.
“ Hi juga Rin.. kelihatannya lagi senang nih, habis liburan kemana? ”  tanyaku, hapal akan perilaku Rina yang sering liburan keluar negeri.
“ Hehehe.. tau aja Lia ni.. ini ada oleh-oleh buat kamu, soalnya kemaren aku baru pulang dari Singapur.” Rina nyengir, sambil memberikan bingkisan berisi baju kaos.
“ Makasih ya Rin oleh-olehnya ” balasku nyengir balik.
“ Itu apa? ”  ku lirik bingkisan yang ada ditangan kiri Rina, seperti tas mahal yang bermerk.
“ Ooo..ini. ini untuk Buk Jiran, wali kelas kita, oleh-oleh juga ” Jawab Rina, sedikit gelagapan. Tapi tak kutanya- tanya lagi, takut Rina tersinggung dengan ucapannya.
“ Ya udah, aku pergi dulu ya, mau keruangan Buk Jiran dulu” pamit Rina, yang kujawab dengan anggukan kepala. Berpas-pasan dengan itu, Lia berjumpa dengan Nia.
*****
“ Nia, Aku ke toilet dulu ya?”
“ Iya, tapi cepat ya. Atau mau Aku teman kan?” tawar Nia.
“ Nggak usah, Aku sendiri aja, bentar kok” balas Lia, sambil sedikit berlari menuju toilet. Belum sampai Lia di toilet, Ia terhenti ketika mendengar percakapan di koridor arah toilet. Lia mengenal suara siapa yang melakukan percakapan tersebut. Yap, mereka adalah kepala sekolah dan wali kelasnya sendiri Buk Jiran.
“ Bagaimana buk, sudah Ibu urus semuanya?”
“ Sudah pak, Bapak tenang aja. Nggak bakalan ada yang tahu”
“ Bagus, soalnya ayah Rina sudah mentransfer uangnya kepada saya, Ibuk cukup kirimkan no rekening ibuk saja, biar saya transfer bagian ibuk”
“ Baik Pak. Terimakasih, saya pergi dulu sebelum ada yang mendengar ucapan kita ”
 Mereka berlalu, namun ada rasa sesak yang tertinggal dari pencurian dengar Lia di hatinya. ‘Serendah itu kah mereka??’ pikir Lia.
Lia kembali kepada Nia dengan ekspresi yang muram. Semakin menambah kekhawatiran Nia karena sudah lama Ia menunggu Lia kembali dari toilet, takut terjadi apa-apa kepadanya.
Pengumuman kelulusan akan segera di umumkan, dan seluruh siswa berkumpul dilapangan. Rasa takut dan sedih berkecamuk dihati Siswa/Siswi. Tapi tidak dengan Lia. Ia bahkan bisa menebak apa yang bakal terjadi.
Setelah seluruh Siswa/Siswi  berkumpul, kepala sekolah naik ke podium dan mulai mengumumkan.
“ Selamat kepada ananda-ananda semua. Saya bangga kepada kalian semua dengan prestasi yang telah kalian raih. Selamat atas kelulusan 100% kalian.” Seluruh siswa bersorak, dan bertepuk tangan gembira.
“ Dan terlebih, kabar bahagianya adalah tiga Siswa/Siswi kita memasuki 10 nilai tertinggi UN tingkat Nasional dan pastinya akan menjadi kandidat penerima beasiswa Universitas Kingdom, London. ” semua terpana, saling tunjuk dan saling berharap adalah mereka.
“ 1.  Arya Winanda, 2. Dea Sabila,dan yang terakhir adalah...”
“ Lia Azliana..!!!” teriak Nia, sambil senyam senyum menggoda Lia.
“ Rina Wiguna..” Teriak  kepala sekolah, sambil tersenyum bangga.
“ Yee... aku Masuk 10 besar Lia..Nia..” girang Nia sambil loncat-loncat bangga kesana kemari, Tak peduli ekspresi Lia dan Nia. Terdengar suara-suara riuh tepuk tangan dan ucapan selamat, seakan-akan itu menjadi sebuah ejekan yang sangat menyakitkan menusuk ke ulu hati Lia.
“ Kok bisa Rina?? Serius Lia, sumpah aku nggak bohong. Aku liat sendiri dengan mata kepala ku sendiri, benar-benar nama kamu. Maafin aku Lia, aku nggak bermaksud membohongi mu.” Melas Nia kepada Lia,merasa bersalah karena Ia benar-benar yakin, melihatnya. Tapi Lia, tak dapat berkomentar apa-apa, Ia hanya bisa diam, Ia hanya bisa mengingat dan berharap apa yang Ia dengar adalah mimpi..tanpa terasa, air mata Lia jatuh menetes. Semakin membuat Nia merasa tidak enak hati.
“ Maaf  Lia...” mohon Nia. Lia pergi dan berlari, tanpa memerhatikan pandangan orang lain melihatnya menangis.
*****
Sakit memang, tapi apa daya. Lia hanya seorang anak kuli bangunan dan penjual sayuran. Tak mampu mempertahankan haknya, bila uang sudah menjadi sumber kekuatan. Lia hanya bisa bersabar dan melanjutkan hidupnya walau mimpi hilang terbawa angan. Orang tuanya hanya mampu membiayainya di Universitas biasa saja.
“ Nak. Mungkin kamu kuliah ditempat biasa saja. Tapi buktikan kalau kamu adalah orang yang luar biasa. Kamu buktikan kepada dunia luar sana , singgasana bukan untuk orang kaya, tapi untuk orang luar biasa. Jadilah orang yang tinggi, yang tidak merendahkan, tapi tau arti kerendahan”  pesan ayah masih terngiang-ngiang dalam ingatan Lia.
Seiring berjalan waktu, Lia menyelesaikan kuliah sarjananya dengan prediket Cuumlaude berIPK sempurna. Bahkan mendapat Beasiswa S2 dan S3 ke Stanford University, California, USA. Bahkan juga lulus dengan prediket Cuumlaude nya. Namun, Lia tetap ingin mengabdi untuk negerinya. Dan ditawarkan menjadi Dekan di Universitas terfavorit di Indonesia.
*****
“ Selamat siang..!” seorang laki-laki tua, berpakaian rapi menghampiri sekretaris yang berada di luar ruangan Dekan.
“ Siang Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya sekretaris tersebut.
“ Saya ingin berjumpa dengan Ibu Dekan, apa Buk Dekannya ada?”
“ Ada Pak. Bapak silahkan masuk aja” sambil mempersilahkan bapak tersebut masuk setelah menghubungi Dekannya.
“ Baik, terimakasih.” Jawab Bapak tersebut, sambil melihat plang nama yang tercantum diatas pintu ruangan tersebut ‘ Prof. Dr. Ir. Lia Azliana, M.Sc’ , terbersit di pikirannya pernah mendengar dan mengenal nama ini.
“ Selamat pagi Buk.!” Sapa Bapak tersebut.
“ Pagi Pak. Silahkan duduk Pak!” jawab Lia sambil mempersilahkan duduk.
“ Ada hal yang bisa saya bantu Pak?”
“ Eee,, sebelumnya maaf  Buk, apa kita saling kenaln atau pernah mengenal sebelumnya?” tanya Bapak tersebut.
“ Mmm.. maaf  Pak, saya kurang tau.” Jawab Lia
“Ooo.. begitu ya buk? Maaf. Kalau begitu, saya Dedi Prayitno. Saya datang kesini ingin meminta bantuan  Ibu”
“ Bantuan apa Pak?” jawab Lia.
“ Saya, ingin bantuan Ibuk agar menerima anak saya masuk di universitas ini. Anak saya satu-satunya ingin sekali masuk ke universitas yang sedang  Ibu pimpin ini. Bahkan Ia mengancam tidak akan berkuliah bila tidak kuliah disini. Tentu saja, saya tidak ingin itu terjadi.”
“Maaf  Pak. Jika kedatangan bapak kesini meminta saya untuk menerima anak bapak dengan mengabaikan prosedur penerimaan saya tidak bisa Pak. Anak bapak harus menerima prosedur yang telah ditetapkan oleh kampus. Dan saya memegang prinsip itu”
“ Buk, saya mohon Buk. Jika saya yakin anak saya bisa lulus di universitas ini, saya tidak akan datang keruangan Ibuk saat ini. Bahkan di kelas pun dia tidak mendapatkan hasil yang bagus. Saya akan bayar berapapun harga yang Ibuk minta”
“ Sekali lagi maaf  Pak. Saya tidak bisa, Bapak saja tidak yakin, apalagi saya”
“ Saya bisa bayar berapapun yang Ibuk minta. Bahkan sekarang saya bisa kirim ke rekening Ibu” Melasnya tanpa menyerah.
“ Pak. Saya tau bapak mampu bayar berapa pun yang saya minta. Tapi saya tidak butuh uang bapak untuk merendahkan diri saya sendiri. Saya bisa saja menerima anak bapak, tapi bapak yakin dia akan mampu bertahan?? Untuk memasuki kampus ini saja Ia tidak mampu, apalagi hal yang ada didepan sana nanti jika dia sudah lulus kuliah. Akan lebih banyak lagi tantangan yang akan dia hadapi, akan lebih besar dan deras lagi arus yang harus dia terjang diluar sana. Kalau saja hari ini ia masih ada bapak yang memudahkan caranya, tapi nanti?? Kita tidak tahu. Semua butuh proses, proses harus dilalui dahulu, agar Ia tahu, kerasnya perjuangan,beratnya tantangan. Sekali lagi saya minta maaf, saya tidak bisa menerima anak bapak dengan cara seperti ini. Jika Ia benar-benar ingin, suruh dia berjuang!. Tapi jika bapak menginginkan cara yang instan, bapak salah menemui orang yang akan mengabulkan keinginan Bapak” jawab Lia, tidak tahan dengan apa yang diucapkan Bapak tersebut. Nampak rasa kesal, marah, dan malu dalam ekspresi wajah bapak tersebut. Tapi Ia puas dengan apa yang dipendamnya selama ini.
“Maaf. kalau Bapak tidak ada hal penting lagi, Bapak dipersilahkan keluar” tambah Lia tegas.
“ Baik Buk. Terima kasih atas waktunya” jawab Bapak tersebut, sambil menahan malu, menyadari  dan teringat kembali hal keji yang dilakukan dimasa lalunya. Karma berlaku...
The End

Tentang Penulis
Nama saya Dewi Sartika, biasa dipanggil Dewi. Dari Kuansing kota jalur.
Kamu mungkin hanya orang BIASA, tapi jadikan cerita hidup mu LUAR BIASA.
Kalian tau kepompong?? Yap. Kupu-kupu berawal darinya.
Ingat..!! untuk jadi kupu-kupu Ia berproses.
Karena proses menentukan hasilmu.
Ganbatte..!! Fighting..!!

2 comments:

  1. Keren Cerpen ny, tak lupa jg mampir di blog aku : penaapemula.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Hard Rock Hotel Casino & Spa - Mapyro
    Find 용인 출장샵 your way 거제 출장안마 around the 세종특별자치 출장마사지 casino, find where everything is located with your phone. Find your 인천광역 출장안마 perfect stop for things 진주 출장안마 to do in Las Vegas.

    ReplyDelete